Rabu, 21 Maret 2012

Batik sarana Diplomasi Internasional

Batik bisa menjadi sarana diplomasi sehingga meningkatkan citra Indonesia dalam pergaulan internasional. Diplomasi batik diyakini bisa sama efektifnya dengan diplomasi Hollywood ala Amerika Serikat (AS). 

Presiden SBY mengatakan, di luar aspek budaya,ekonomi, dan lingkungan, batik bisa menjadi sarana untuk mengenalkan Indonesia ke dunia luar. ”Saya mengajak masyarakat untuk berkolaborasi dan bersinergi dalam melestarikan dan mengembangkan batik. Jangan jadikan upaya untuk melindungi batik sebagai beban atau masalah. Mari jadikan sebagai great opportunity,” ujar Presiden SBY saat membuka World Batik Summit 2011 di Jakarta kemarin. 

Batik diakui sebagai warisan budaya dunia oleh Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu, dan Budaya (UNESCO) pada 2 Oktober 2009.Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional. Acara World Batik Summit 2011 yang diselenggarakan di Jakarta merupakan rangkaian peringatan Hari Batik Nasional. World Batik Summit 2011 berlangsung mulai 28 September hingga 2 Oktober 2011. Pameran dan konferensi bertema Indonesia: Global Home of Batik ini diikuti sekitar 1.000 delegasi nasional dan internasional dari berbagai kalangan seperti produsen, akademisi, pemasaran, praktisi, desainer,perajin,kolektor, serta penggemar batik. 

Dari luar negeri tercatat ada 117 peserta dari 11 negara. Acara ini diharapkan bisa mengangkat batik sebagai ikon bangsa dan daya tarik wisata Indonesia. Presiden mengatakan, diplomasi merupakan salah satu aspek utama batik yang bisa dimanfaatkan oleh Indonesia. Hal itu lantaran batik telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Kepala Negara menegaskan, seluruh warga negara Indonesia harus bangga karena dunia internasional telah mengakui keindahan batik sebagai produk budaya. 

”Saya cinta batik, saya suka batik,dan saya suka dan sering memakai batik,”ujarnya. Presiden meminta semua pihak berupaya membuat batik sebagai salah satu produk budaya yang melekat dengan nama Indonesia. Dengan demikian, semua orang langsung ingat Indonesia jika membicarakan batik. ”Kita semua harus jadi duta bangsa,”paparnya. Khusus aspek ekonomi, batik terus menjadi primadona bagi perkembangan industri kreatif di Tanah Air. Penjualan batik meningkat dari Rp2,9 triliun pada 2006 menjadi Rp3,9 triliun pada 2010. Nilai ekspor batik melonjak 56% dari USD 16,3 juta pada 2006 menjadi USD22,3 juta pada 2010. 

Presiden mengajak kalangan industri batik untuk terus meningkatkan produksi karena pasar masih terbuka lebar. ”Saya masih melihat peluang untuk meningkat lebih tinggi dan lebih besar lagi,” papar mantan Menkopolkam ini. Presiden SBY mengingatkan, di samping menyumbang nilai ekspor yang besar, industri batik perlu terus didorong karena bersinggungan langsung dengan kelompok masyarakat kecil dan menengah. Dari 55.000 unit usaha batik yang ada di Indonesia, sebanyak 99% dijalankan oleh kelompok mikro dan menengah. 

Berdasarkan data 2010,jumlah tenaga kerja di industri batik mencapai 916.783 orang. ”Ini (industri batik) kalau terus bisa ditingkatkan akan mengurangi kemiskinan dan pengangguran,”ujarnya. Dari dimensi budaya, batik menjadi istimewa karena indah,sangat khas dengan Indonesia, mengandung seni yang tinggi serta menjadi identitas bangsa. Adapun dari aspek lingkungan,batik bisa memang bisa merusak lingkungan lantaran zat pewarnanya. Namun, menurut Presiden,hal ini justru harus mendorong kalangan ilmuwan untuk menemukan zat pewarna ramah lingkungan yang bahan-bahannya sudah ada di hutan Indonesia. 

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menuturkan, bila memperhitungkan produk turunannya,ekspor batik mencapai USD69 juta pada tahun lalu. Negara tujuan ekspor mencakup Amerika Serikat (AS),Belgia,dan Jepang. Adapun di dalam negeri, konsumen batik mencapai 72,86 juta orang. Pada 2025, pemerintah berharap batik tidak hanya menjadi tradisi yang hidup di masyarakat Indonesia, melainkan juga sebagai penggerak ekonomi kerakyatan. ”Batik juga sejalan dengan pemberdayaan perempuan. Berdasarkan hasil survei, hampir seluruh pembatik adalah perempuan,”kata Mari. 

Dalam cetak biru batik, pemerintah akan terus berupaya meningkatkan daya saing produk batik agar kompetitif di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Dalam waktu dekat, Kementerian Perdagangan akan menjalin kerja sama untuk dapat merevitalisasi standardisasi batik,menyusun kebijakan pelabelan, memfasilitasi pusat informasi batik yang terintegrasi dan tepercaya, serta membuat forum komunikasi batik. Ketua Panitia World Batik Summit Doddy Soepardi menuturkan,World Batik Summit 2011 merupakan tindak lanjut pengukuhan batik sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO pada 2009.

World Batik Summit ini diharapkan dapat membangun antusiasme terhadap batik secara internasional serta mendukung praktisi dan para pencinta batik di seluruh dunia. Perwakilan UNESCO Prof Hubert Gijzen menjelaskan, pengukuhan batik sebagai salah satu warisan budaya dunia hanyalah salah satu dari banyak sekali warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. ”Pengukuhan ini merupakan salah satu dari empat yang dipunyai Indonesia dalam daftar tersebut, bersama wayang dan keris yang dikukuhkan tahun 2008 dan juga angklung yang dikukuhkan tahun lalu,”ujarnya. 

Pemrakarsa World Batik Summit 2011 Joop Ave mengatakan, batik merupakan bendera yang menjadi identitas bangsa. ”Di mana pun di dunia, bendera Indonesia ibaratnya adalah bendera batik,” ujarnya. Karena itu, sebagai wujud pengukuhan identitas Indonesia sebagai ”rumah batik dunia”,yang merupakan tema besar acara, Joop Ave mempersilakan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu untuk menyerahkan buku batik dan cetak biru pelestarian dan pengembangan batik nasional 2012–2025. 

Menurut Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia (YBI) Jultin Ginandjar Kartasasmita, World Batik Summit 2011 merupakan wujud tanggung jawab Indonesia terhadap kelangsungan batik. ”Kita adalah negara yang diberi penghargaan oleh UNESCO dan itu harus kita pertahankan,jangan sampai kemudian penghargaan tersebut ditarik kembali,”katanya. ??maesaroh/bernadette lilia nova/inda/ lesthia kertopati

0 komentar:

Posting Komentar